بسم الله الرحمن الرحيم
Alhamdulillah, lebaran tahun ini berkesempatan untuk mudik. Para perantau yang mudik menggunakan kereta api termasuk saya, saat ini sudah bisa turun atau naik di Stasiun Gandrungmangun lagi. Suatu kegembiraan tambahan, sebab tahun lalu para penumpang kereta api dari daerah Gandrung dan sekitarnya tidak bisa naik atau turun di Stasiun Gandrungmangun, melainkan harus ke Stasiun Sidareja atau Stasiun Kawunganten. Hal tersebut dikarenakan Stasiun Gandrungmangun sempat ditutup operasionalnya oleh PT. KAI selama kurang lebih setahun pada tahun 2014. Hingga kemudian harapan yang ditunggu-tunggu pun terwujud, Stasiun Gandrungmangu dioperasikan lagi pada April 2015 lalu.
Perantau pulang ke Sidasari - Sidaurip tidak hanya untuk merayakan 'Idul Fitri bersama keluarga saja di kampung halaman, akan tetapi juga untuk bertemu sanak saudara & tetangganya, melepas kerinduan kepada lingkungan dan orang-orangnya, bahkan untuk plesir-plesir. Memang sebuah kesempatan yang langka dan spesial bagi banyak orang. Yang plesiran biasanya pergi ke Pangandaran, Cilacap, Kebumen atau tempat wisata terkenal lainnya. Sehingga yang ramai pun daerah tetangga. Sayang sekali, sepertinya di Desa Sidaurip belum ada forum atau perkumpulan dari para perantaunya. Mungkin sangat baik jika saat lebaran seperti ini, para perantau yang pulang mengadakan pertemuan/silaturahim.
Faktanya di desa Sidaurip saat ini sedang dilanda kemarau dengan bayang-bayang kekeringan dan gagal panen. Walaupun begitu, alam desa memang indah. Midar-mider ngubengi desa pun menyenangkan. Kalau ada yang ingin mblasak-mblusuk juga, jangan lupa pakai topi atau tudung agar tidak kepanasan.
Dengan pit jengki, menerobos gang wetan SD Sidaurip 02 sampai kali pembuangan Sidasari. Tampak air kalinya mulai sat dan dangkal. Kemudian menyusuri tanggul ke arah utara sampai ke ujung kali.
Tampak dua buah powotan sasak lagi. Yang pertama tembusan gang samping rumah Pak Nakidi, dan yang yang kedua tembusan gang samping rumah Lik Sudar dekat masjid Tapang. Ujung kali berupa kalenan atau saluran air yang lebih kecil.
Lanjut berjalan ke tanggul irigasi wetan desa, yang merupakan jalurnya para petani untuk pergi ke sawah mereka. Juga menjadi jalan alternatif warga untuk menuju Bengkok dan Pentasan. Dapat dilalui dengan jalan kaki, sepeda ontel dan sepeda motor.
Pintu air dan percabangan saluran irigasi yang menuju ke Kedung Ringin.
Terlihat di kejauhan jalan tembusan dari Balai Desa Sidaurip. Di sebelah kanan adalah jalan menuju Pentasan.
Semakin ke utara masih ada sedikit air di saluran irigasi, tetapi tidak mengalir.
Akhirnya sampai di bulak Bengkok, lalu berbelok ke arah barat melalui jalan raya menuju tanggul sier kulon desa.
Panen jeruk dari ladang kulon desa, ngarep SMP Yos Sudarso
Senja hari sampai di sekitar kulon Pasar Grumung Jaya.
Siang esok harinya melanjutkan ekspedisi ke arah selatan Sidaurip melalui tanggul kali. Kemudian ke timur melintasi sawah dan sier ke arah Kedung Ringin dan Sidakaya.
Sebelah kiri adalah powotan lorre Kaki Sudir, sedangkan sebelah kanan jalan menuju Sidakaya setelah menyebrangi irigasi wetane Kaki Sudir.
Bagian atas tampak tanggul dan jembatan Kali Pentasan. Setelah melintasi kali sejauh sekitar 20 meter ada pemandangan yang berbeda. Sawah di area sana masih terdapat air, tandurannya pun tumbuh subur dan hijau.
Kembali ke tanggul sier, berjalan ke selatan. Ke arah Tumpangsari sambil melewati kali Sayangbaya. Di tanggul sier yang dekat kali Sayangbaya ini terdapat sebuah pohon besar yang ada penghuninya.
Sampai di ujung sier yang bertemu kali Tumpangsari. Saatnya mowot, lanjut mblasak-mblusuk.
Hahhahahahaha... nyong ngguyu-ngguyu yakin lik maca tulisane. Keren... cool.
BalasHapusMatur nuwun kang, gelem maca& dolan mengenh..
Hapus